Facewoman - Meski dilanda banjir selama 1 minggu lebih, warga yang tinggal di
sekitar bantaran waduk Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, tetap tidak
memperhatikan kelestarian dan kebersihan lingkungan. Sebagian besar
warga masih saja membuang sampah ke aliran waduk Pluit.
Hal ini semakin membuat kondisi Waduk semakin memprihatinkan, seperti halnya yang dikeluhkan penjaga waduk Eri kepada Liputan6.com, Senin (28/1/2013).
Eri mengatakan waduk memang kerap dipenuhi sampah kiriman dari Sungai Ciliwung dan Sungai Moocevard Daan Mogot. Namun, hal ini juga diperparah dengan sampah-sampah pascabanjir dari warga sekitar waduk seluas 80 hektar itu.
"Sampah sih memang banyak dari Ciliwung sama Moocevard, tapi sekarang tambah banyak sampahnya pascabanjir. Warga membuang sampah ke waduk," keluhnya sembari menunjuk tumpukan sampah di tepi Waduk yang airnya berbusa.
Ia berharap warga tidak membuang sampah ke waduk karena bisa mengakibatkan pendangkalan dan air kembali meluap saat hujan tiba. Jika itu terjadi, maka wilayah Pluit pasti akan kembali tersendam.
Pantauan Liputan6.com, selain tumpukan sampah dan aroma tak sedap di sekitar Waduk, alat berat eskavator yang biasa mengeruk sampah milik Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta juga tidak beroperasi. Hal ini juga mengakibatkan tumpukan sampah di sungai semakin menggunung.
Ratusan bangunan semi permanen yang berdiri di sekitar aliran waduk juga semakin mengurangi fungsi waduk. Padahal waduk Pluit tersebut dibangun Pemprov DKI Jakarta sebagai pengendali banjir, tempat penampungan air hujan serta cadangan air tanah.
Parah bgt da ga sayang lingkungan bgt . memang enak si buang sampah ke waduh , tinggal lempar tp liad akibatnya nanti donk. air jd tercemar serta banjir akan dampak jangka panjangnya. warga sono tidak mikir panjang , pendekpun jd.
Sumber : Liputan6.com
Hal ini semakin membuat kondisi Waduk semakin memprihatinkan, seperti halnya yang dikeluhkan penjaga waduk Eri kepada Liputan6.com, Senin (28/1/2013).
Eri mengatakan waduk memang kerap dipenuhi sampah kiriman dari Sungai Ciliwung dan Sungai Moocevard Daan Mogot. Namun, hal ini juga diperparah dengan sampah-sampah pascabanjir dari warga sekitar waduk seluas 80 hektar itu.
"Sampah sih memang banyak dari Ciliwung sama Moocevard, tapi sekarang tambah banyak sampahnya pascabanjir. Warga membuang sampah ke waduk," keluhnya sembari menunjuk tumpukan sampah di tepi Waduk yang airnya berbusa.
Ia berharap warga tidak membuang sampah ke waduk karena bisa mengakibatkan pendangkalan dan air kembali meluap saat hujan tiba. Jika itu terjadi, maka wilayah Pluit pasti akan kembali tersendam.
Pantauan Liputan6.com, selain tumpukan sampah dan aroma tak sedap di sekitar Waduk, alat berat eskavator yang biasa mengeruk sampah milik Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta juga tidak beroperasi. Hal ini juga mengakibatkan tumpukan sampah di sungai semakin menggunung.
Ratusan bangunan semi permanen yang berdiri di sekitar aliran waduk juga semakin mengurangi fungsi waduk. Padahal waduk Pluit tersebut dibangun Pemprov DKI Jakarta sebagai pengendali banjir, tempat penampungan air hujan serta cadangan air tanah.
Parah bgt da ga sayang lingkungan bgt . memang enak si buang sampah ke waduh , tinggal lempar tp liad akibatnya nanti donk. air jd tercemar serta banjir akan dampak jangka panjangnya. warga sono tidak mikir panjang , pendekpun jd.
Sumber : Liputan6.com
Posting Komentar
Hallo sobat..Kami Senang! Apabila Anda mau meninggalkan Saran, kritik dan Opini tentang Artikel Blog Kami.